Wednesday, 6 August 2025

batal sepihak

ini cerita sedih, tapi bukan ceritaku.

kubaca cerita ini di sebuah postingan milik seseorang yang tak kukenal yang kebetulan lewat di linimasaku. cerita tentang sebuah kegagalan, yang disebabkan oleh pembatalan sepihak, yang akhirnya mengubah jalan hidup seseorang, selamanya. aku terkilik untuk nulis ini, karena cerita ini relevan dengan beberapa episode dalam hidup yang juga pernah kualami. 

jadi ceritanya ini cewek pengin kerja ke luar negeri. 

tentulah ini keinginan yang serius, ngga main-main, dan ambisius! setelah melalui proses yang sangat panjang dan melelahkan pastinya ya, akhirnya dia keterima kerja donk, di singapura lagi. bahagia donk. hepi donk. bangga donk. siapa sih yang ngga girang kalau keinginan untuk pindah kerja dan berkarir ke luar negeri akhirnya kesampaian dan terkabul. 

rencana pun disusun.

singapura, negeri impian banyak orang

dia sudah resain dari kerjaan dia yang sekarang, entah di mana aku lupa detilnya. pastilah ya kalau sudah ancang-ancang mau pindah kerja, secara otomatis ya harus ngurus pengunduran diri dari kerjaan yang sekarang. selain mengundurkan diri, tentunya juga kudu siap-siap ngurus segala tetek bengek untuk pindah domisili!

nah, ini sepertinya yang dampaknya ke kehidupan seseorang itu jauh lebih besar dari sekedar pindah tempat kerja. pindah domisili apalagi pindah negara, memang bukan perkara sepele. itu istilahnya kayak nyabut pohon seakar-akarnya, trus dipindah dan ditanam lagi di tempat lain. ini persis ceritanya seperti ketika aku memutuskan untuk meninggalkan kerjaanku di bekasi untuk pindah ke eropa tahun 2005 yang lalu dalam rangka melanjutkan kuliah.

meski beda tujuannya, tapi tetep saja mirip-mirip seperti halnya cerita si mbak di atas itu, yang mana kepindahanku dulu juga ibaratnya mencabut pohon seakar-akarnya untuk ditanam di tempat lain. dari hal sederhana seperti meninggalkan tempat tinggal yang sekarang dihuni, entah itu rumah sendiri, rumah ortu, tempat kos, atau kontrakan, yang pasti ketika kita pindah domisili itu artinya tempat tinggal yang lama harus dikosongkan. semua kudu dipack, dikardusin, dibuang-buangin, dan yang mau dibawa doank akan masuk ke koper untuk dibawa ke tempat atau domisili yang baru.

si mbak itu juga pastinya udah sibuk banget dengan segala kekacauan hidup sementara perihal kepindahan dari indonesia ke singapura ini.

untungnya karena masih masuk kawasan asean, pastinya masih ngga perlu visa ya, eh perlu ngga sih kalau ke sananya buat kerja?

setelah urusan barang-barang yang mau dibawa pindah selesai, lalu masih kudu ngurus tempat tinggal pas kalau udah nyampe di sana. pastinya kudu nyari kos-an baru, atau apartemen, atau apalah mungkin hotel atau motel untuk tempat tinggal sementara sambil memulai hidup baru, pelan-pelan sampe merasa mapan.

sudah itu, ke sananya kan terbang donk. kudu urus beli tiket, transportasi ke bandaranya gimana, pas udah mendarat dari bandara ke tempat tujuan pake apa, dan lain sebagainya. sesibuk itu ya urusan pindah!

ngebayangin doank aja capek, apalagi ngelakuin itu semua sendiri. etapi apa yang terjadi ketika hari keberangkatan yang sudah lama ditunggu-tunggu dan dinanti-nanti akhirnya tiba? sebuah telepon dari kantor di mana si mbak tadi akan kerja, ternyata membatalkan semua perjanjian kerja dengan alasan yang ngga masuk di akal. intinya, posisi dia ngga lagi dibutuhkan, jadi semuanya batal. klik, telpon ditutup! tak lama, surat pembatalan juga diterima di email, jadi semuanya memang resmi dan bukan mengada-ada atau prank doank.

padahal katanya, dia udah tinggal tidur doank, besoknya udah siap tiket di tangan untuk terbang ke singapura, dan memulai hidup baru. sudah kebayang pastinya kehidupan baru yang sudah lama dia impi-impikan, sudah banyak angan-angan yang dia rajut hari demi hari ketika dia berproses melewati semua langkah persiapan kepindahannya itu. sampe katanya kebayang mau jalan kemana setelah selesai kerja, mau ngafe, mau ke taman, dan imaginasi yang indah-indah lainnya. eh, lha kok tiba-tiba semua batal. tiba-tiba semua angan dan impian itu sirna, hilang, tak ada bekas. sedih banget ngga sih.

bayangkan!

***

meski ngga sedramatis cerita si mbak di atas itu, ada beberapa kejadian dalam hidupku yang agak mirip meski skalanya lebih kecil. 

aku pernah udah keterima kerja di perusahaan, udah siap-siap mau mengundurkan diri yang untungnya belum kejadian pas denger kabar kalau kerjaan yang sudah kujalani proses wawancaranya sampe aku lolos dan dinyatakan diterima, ternyata dibatalkan karena perubahan kebijakan perusahaan akibat menurunnya daya saing, katanya. jadi kebutuhan untuk nambah karyawan sementara dibekukan dulu. dan katanya lagi sih, nanti kalau butuh lagi akan dihubungi.

eropa

mungkin supaya aku ngga terlalu kecewa kali ya, namanya juga pembatalan sepihak. tak berdaya lah kita sebagai pihak yang satunya, hehe. posisiku waktu itu masih kerja dan belum sampe tahap mengundurkan diri sih, masih nyari-nyari lowongan kerja yang lain sambil santai, yang malah mengantarkanku ke kerjaanku yang sekarang yang malah bikin aku betah. 

ngga sampe parah kayak si mbaknya yang udah siap-siap mau pindah negara!

kalau yang sedramatis pindah negara, mungkin kejadian pada saat aku mau pindah ke eropa tahun 2005 dulu. waktu itu aku udah siap-siap juga persis kayak mbaknya. eh pas nyodorin surat pengunduran diriku ke manajerku di samsung bekasi, si bapaknya bilang, jangan-jangan beasiswa yang kuterima itu fiktif, alias scam, alias palsu! awas lho, hati-hati katanya. jangan asal iya-iya trus nyampe eropa zonk, kontaknya ngilang, ngga ada yang bisa dihubungi, bla bla bla.

waktu itu sempat mikir, wah, bisa juga ya.

gimana kalau memang fiktif, sementara kerjaan udah ditinggal, kos-an udah ditinggal, barang-barang udah dibuang, diangkut ke rumah sodara, dan kebutuhan hidup darurat udah masuk 2 buah koper? tiket ke eropa udah dibeli mana cuma sekali jalan pulak, supaya lebih murah harganya. visa udah di tangan, paspor udah siap. gimana kalau batal? gimana kalau ngga jadi? bisa saja nasibku kayak si mbak yang batal hidup di singapura itu, meski untuk menghibur hatinya dia akhirnya tetap berangkat juga cuma buat jalan-jalan doank, ngga jadi domisili di sana 😖

memang ya, hidup itu penuh belokan tajam yang tak terduga!

udah semua direncanain pelan-pelan dan hati-hati, akan selalu ada jebakan betmen. kalau udah gini ya memang itu namanya takdir sih. udah dituliskan dan digariskan. mungkin memang jalur hidupnya begitu dan kudu melewati tikungan tajam dulu, sebelum mendarat ke takdir lain yang lebih baik. bagiku, untunglah beasiswa ke eropa dulu engga fiktif, dan mengantarkanku ke kehidupanku yang sekarang ini.

mudah-mudahan si mbak yang ngga jadi ke singapura itu, kecewanya bisa diganti dengan takdir lain yang lebih baik di masa depan. bisa jadi mungkin dia takdirnya pindah ke eropa, bukan ke singapura. siapa tahu, ya kan?! doain yuk!

aminnn...

Saturday, 2 August 2025

lupa bahasa

udah lama nih, aku ngga misuh-misuh atau ngomel 😁

jadi ceritanya kemarin tuh nemu postingan di laman thread. seru banget rame isinya ngebahas dan komen-komennya pada lantang ngehujat temannya seseorang yang posting ini, di mana si orang ini mengeluhkan kalau dia sudah mulai agak lupa ngomong bahasa indonesia karena sudah 4 tahun tinggal di belanda, kalau ngga salah. 

si teman ini melemparkan opininya tentang keraguan dia kalau temannya tadi bener-bener sudah mulai lupa atau cuma pura-pura lupa, ke thread. ramelah komentar datang dari berbagai penjuru sosmed dan internet, terutama dari para diaspora. sebagian besar menganggap lebay kalau si teman ini sudah mulai lupa bahasa indonesia padahal baru 4 tahun doank tinggal di luar negeri. sebagian lagi mencibir kalau si teman itu cuma sok-sokan doank pura-pura lupa karena ngga mungkin baru 4 tahun kok sudah ngga bisa ngomong indonesia lagi, padahal mereka yang sudah berpuluh-puluh tahun tinggal di luar masih lancar banget bahasa indonesianya, bahasa sundanya, bahasa bataknya, jawanya dan lain-lain.

Wednesday, 30 July 2025

lansia mandiri

topik ini pernah kujanjikan mau kubahas di tulisan tentang tas. 

tapi belakangan ini kerjaan lagi banyak jadi agak ribet buat nulis blog, heu heu. ada tiga bahasan pokok sebenernya yang akan kumasukkan dalam tulisan kali ini, mengenai kemandirian ketika usia kita masuk sebagai kategori usia lansia atau lanjut usia, yaitu:

  • mandiri finansial
  • mandiri fisik
  • mandiri mental atau emosional

sebelum masuk ke bahasan ketiga hal di atas secara lebih detil, sebelumnya yuk kita pelajari dulu batasan umur untuk bisa disebut sebagai lansia. sedikit tentang ini sudah sempat kusinggung di tulisan berjudul stop mens di tautan ini. tapi apakah kalau seorang wanita masuk usia menopause otomatis dia masuk usia lanjut? ternyata engga juga.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...